iklan banner gratis
iklan header banner iklan header iklan header banner
Pasang Iklan Running Text Anda di sini atau bisa juga sebagai iklan headliner di atas (600x100)px

Fungsionaris Gerindra IHT: Walikota Main Sendiri, Wakil Cuma Penonton

Gerindra Sindir Gaya Leadership Tri Adhianto Yang Disebut Makin Dominan dan Sarat Nepotisme


Dari ruang rapat DPP hingga warung kopi di Margahayu, gosip “Walikota main sendiri” jadi bahan omongan serius. Ibnu Hajar Tanjung menyebut kepemimpinan Tri Adhianto sudah terlalu jauh dari semangat kolektif.

 — KOTA BEKASI | Isu retaknya duet kepemimpinan Kota Bekasi antara Wali Kota Tri Adhianto dan Wakilnya Harris Bobihoe makin santer.

Di kalangan politisi, rumor “tidak ada power sharing” bukan lagi bisik-bisik warung kopi—tapi sudah jadi gosip ruang rapat elit partai.

Ibnu Hajar Tanjung (IHT), fungsionaris Partai Gerindra sekaligus mantan Ketua DPC Gerindra Kota Bekasi, ikut angkat suara.

“Iya keterlaluan (tidak berbagi peran) itu. Harusnya Pak Tri dan Pak Harris bisa kompak. Ini sudah jadi obrolan loh di DPP Gerindra,” ujarnya, Rabu (8/10/2025).

Sidik Warkop nyeletuk: “Lah, kalau power sharing aja susah, gimana power banking? Jangan-jangan Wi-Fi di Pemkot aja password-nya cuma Wali yang tahu!”

Menurut Tanjung, kepemimpinan ideal itu ibarat duet penyanyi dangdut—kalau yang satu vokalnya kencang, satunya mesti jaga irama. Tapi yang terjadi di Kota Bekasi, katanya, “vokalis utama” tampak terlalu dominan.

Ia menyoroti keputusan mutasi dan rotasi pejabat yang disebutnya “beraroma keluarga.” Termasuk pengangkatan adik dan ipar sang wali di posisi strategis.

“Itu ngapain adiknya yang dokter hewan jadi kepala Dinkes. Emang virusnya mau divaksin sama dokter hewan? Nanti kalo salah suntik gimana warganya dengan dokter hewan?” sindir Tanjung.

Sidik Warkop ikutan nyeletuk: “Mungkin biar kalau ada flu anggaran, bisa langsung disuntik rabies anti nepotisme, Bang!”

Bagi Tanjung, tindakan seperti itu sudah mendekati “mode otopilot kekuasaan.” Ia mengingatkan Tri agar tidak mengikuti jejak pemimpin terdahulu yang “tersesat di jalan korupsi.”

“Kembalilah ke jalan yang benar, Pak Tri. Jangan sampai nyasar ke arah yang dulu-dulu,” katanya, sambil mengutip dengan nada khawatir tapi menyengat.

Lagi-lagi Sidik Warkop nyeletuk: “Kalau nyasar sih gapapa, lah ini kuatir aja nanti bisa nyerempet proyek. GPS moralnya mungkin perlu di-update, kali!

Selain soal harmoni, Tanjung juga mengkritik gaya kepemimpinan yang memberi jabatan pada pejabat bertipe “asal bapak senang.” Mereka, katanya, bukan pekerja, tapi penjilat profesional.

“Saya lihat banyak pejabat yang rangkap jabatan di BUMD, padahal mereka nggak ngerti bisnis. Lah, kalau nggak ngerti bisnis, kok bisa ngurus duit publik?” ujarnya.

Sidik Warkop namvah semakin liar menusuk: “Yah, di Bekasi mah gitu, Bang. Jabatan bisa dirangkap, tapi tanggung jawabnya nggak pernah ganda—selalu tunggal, kayak sinetron.

Bekasi kini disebutnya tengah mengalami krisis keteladanan. Hampir tiap hari, kata Tanjung, ada laporan dugaan korupsi yang dikirim masyarakat ke aparat penegak hukum.

Citra negatif ini harus dikikis. Walikota jangan sibuk pencitraan, tapi kerja nyata,” ujarnya menutup.

Sidik Warkop nyeletuk terakhir: “Citra boleh dibersihin, tapi kalau masih pakai sabun nepotisme, ya tetap aja bau amis kekuasaan, Bang!”. [■] 

Reporter: NMR Redaksi - Editor: DikRizal/JabarOL
Iklan Paralax
iklan banner Kemitraan Waralaba Pers

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama
banner iklan JabarOL square