Warta Kusuma, Mantan Bintang Sepak Bola Nasional Asal Kota Bekasi, Tutup Usia Dalam Usia 62 Tahun
Para sahabat lama dan nama-nama besar di dunia si kulit bundar datang memberi penghormatan terakhir buat sang maestro yang dijuluki si "Tembok Patriot"

Sejak pagi, rumah bercat krem milik keluarga besar H. Basuki dipadati pelayat. Di sinilah, jenazah Warta Kusuma, mantan pemain tim nasional Indonesia era 1980-an, disemayamkan.
Lelaki yang akrab dijuluki “Si Tembok Patriot” itu menghembuskan napas terakhirnya di RSUD Kota Bekasi, Selasa dini hari pukul 03.00 WIB. Ia berpulang dalam usia 62 tahun pada Senin (27/7/2025) setelah menjalani perawatan akibat komplikasi penyakit yang telah lama dideritanya.
Tampak Umar Alattas, Sudana Sukri, Tias Tono Taufik, Nur Alim, Maman Suryaman dan Maman Abdul Rahman.
Maman Abdul Rahman.
Nama-nama yang pernah mengisi lembar sejarah sepak bola Indonesia, kini berdiri dalam diam di hadapan jenazah rekan seperjuangan mereka.
“Bang Warta itu bukan cuma kapten di lapangan, tapi juga kompas moral di luar lapangan,” ujar Nur Alim, mantan bek kiri Timnas Indonesia, yang kini lebih dikenal sebagai pelatih akademi sepak bola usia dini.
“Kami semua kehilangan.”
Di sisi gang yang tak lebih lebar dari dua meter, karangan bunga berdiri berjajar.
Maman Suryaman, eks pemain sepak bola nasional & wartawan Bengbeng
Warta Kusuma dikenal sebagai pemain bertahan tangguh pada masanya. Ia sempat memperkuat klub-klub besar seperti Persija dan Krama Yudha Tiga Berlian, sebelum akhirnya kembali ke kampung halamannya di Bekasi dan membina generasi muda lewat sekolah sepak bola lokal.
“Beliau punya prinsip: sepak bola bukan soal menang-kalah, tapi soal membentuk karakter,” kata Umar Alattas sambil menyeka air mata.
Rencananya, jenazah akan dimakamkan siang ini di pemakaman keluarga yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari rumah duka.
Jejak Panjang dari Gang Bola
Warta Kusuma tumbuh besar di Gang Bola—jalan kecil yang sejak dulu memang dikenal sebagai kampung pemain bola.
Warta Kusuma tumbuh besar di Gang Bola—jalan kecil yang sejak dulu memang dikenal sebagai kampung pemain bola.
Di sanalah ia belajar menendang bola plastik, hingga akhirnya membela Merah Putih dalam laga-laga internasional yang penuh tekanan.
Meski telah lama pensiun, Warta tidak pernah meninggalkan dunia yang membesarkannya.
Ia menjadi pelatih lokal, pembina karang taruna, dan sesekali muncul memberi motivasi dalam turnamen antar-kampung.
Kini, Gang Bola kehilangan satu nama besarnya. Namun, jejaknya tertinggal dalam kenangan kolektif warga Bekasi dan dunia sepak bola nasional.
Seorang legenda, yang pergi tanpa gaduh, namun dikenang dalam diam yang dalam. [■]
Reporter: Wawan - Redaksi, Editor: SidikRizal/JabarOL


إرسال تعليق