iklan banner gratis
iklan header banner
Pasang Iklan Running Text Anda di sini atau bisa juga sebagai iklan headliner di atas (600x100)px

Diskusi Media & Disdukcapil Kota Bekasi Tentang Keamanan Privasi Warga

PWI Bekasi Raya Gelar Diskusi Media: Menjaga Identitas dan Mobilitas di Era Globalisasi

jabar-online.com, Jumat 13 Juni 2025, 16:57 WIB, DikRizal

 BEKASI — Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bekasi Raya menggelar diskusi media bertajuk “Menata Identitas, Mengawasi Mobilitas: Peran Pemerintah dan Pers di Era Globalisasi”, Jumat (13/6/2025) di Sekretariat PWI, Margajaya, Kota Bekasi.

Forum ini menjadi respons strategis terhadap tantangan globalisasi yang kian kompleks.

Diskusi menghadirkan dua institusi kunci dalam pengelolaan data dan pergerakan penduduk, yakni Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Non TPI Bekasi, Soesilo Sumedi, serta Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Bekasi, Dr. Taufiq Rachmat Hidayat, AP, M.Si.

Menurut wartawan komika, Sidik Warkop, Bekasi itu sekarang bukan cuma tempat tinggal, tapi tempat transit global. Udah kayak bandara.

Warga lokal bangun tidur, buka jendela, “Eh, yang itu tetangga baru atau turis ilegal ya?”
Dan lucunya, yang sering bingung soal identitas itu bukan WNA, tapi kita sendiri.

Coba lihat KTP kita… sudah elektronik tapi masih sering error pas disuruh scan di kantor kelurahan.

Mungkin itu sebabnya globalisasi di Bekasi ribet — karena kita belum global di tingkat kelurahan dulu.


Forum berlangsung terbuka dan dinamis, diikuti oleh jurnalis, akademisi, aktivis, hingga tokoh masyarakat.

Ketua PWI Bekasi Raya, Ade Muksin, S.H., yang juga bertindak sebagai moderator, menegaskan pentingnya peran media massa dalam menjaga transparansi dan akuntabilitas tata kelola kependudukan, terutama di tengah arus mobilitas global yang semakin deras.

“Kota Bekasi adalah kawasan strategis yang menghadapi arus keluar-masuk penduduk dari berbagai latar belakang. Pers hari ini bukan sekadar menyampaikan berita, tetapi juga mitra kritis pemerintah dalam memastikan tertib administrasi dan perlindungan identitas warga,” ujar Ade.


Menurut wartawan komika Sidik Rizal, "Saya punya ponakan pernah daftar KTP elektronik saat dia kuliah. Sekarang dia sudah nikah, punya anak, KTP-nya baru jadi."

Pasti dia beranggapan nunggu e-KTP nya jadi itu kayak cinta bertepuk sebelah tangan, nunggu kepastian... tapi nggak ada update.

"Makanya waktu dengar ada forum bahas “perlindungan identitas”, Saya mikir:
“Wah, ini forum buat orang-orang yang sering salah dipanggil ‘mas’ padahal udah jadi ayah dua anak.”


"Identitas Saya tuh kadang suka ngambang, tergantung siapa yang manggil. Kadang dipanggil Bang, kadang Mas, kadang dipanggil Om, bahkan paling sering dipanggil Engkong. Pelecehan. Pasti dia sudah tahu isi KTP saya. Privasi saya terancam," pungkas Sidik Warkop. 

Pengawasan Keimigrasian dan Partisipasi Masyarakat
Soesilo Sumedi menyoroti pentingnya pengawasan terhadap keberadaan dan aktivitas warga negara asing (WNA) di wilayah Bekasi.


Ia menekankan bahwa sinergi antara lembaga, masyarakat, dan media sangat krusial dalam menciptakan sistem pengawasan yang efektif.

“Kami terus memantau pergerakan WNA, namun tidak bisa bekerja sendiri. Informasi dari warga, RT/RW, hingga media sangat penting untuk mencegah pelanggaran keimigrasian yang dapat mengganggu stabilitas sosial,” jelas Soesilo.

Lagi menurut Sidik Rizal, komika kritikus sosial berkomentar, "Saya yakin Pak RT di Bekasi sekarang udah kayak agen intel.
Setiap ada orang baru pindah: “Dia WNA atau WNI? Suka makan nasi goreng nggak?”

Dan warga pun ikutan parno. Lihat bule lewat langsung laporan: “Pak RT, dia beda... kulitnya putih, jalannya cepet, bawa koper. Kayaknya ilegal.”

Padahal itu cuma orang habis liburan dari Bogor, mau transit saja ke terminal DAMRI Kayuringin. 

Perlindungan Data di Era Digital
Dr. Taufiq Rachmat Hidayat ungkapkan bahwa Disdukcapil Bekasi sedang mempercepat pelayanan administrasi kependudukan melalui sistem berbasis teknologi informasi. Selain efisiensi, aspek keamanan dan integritas data menjadi fokus utama.


“KTP dan KK bukan sekadar dokumen administratif, tapi hak dasar warga. Kami berkomitmen untuk menjaga validitas dan keamanan data, agar tidak disalahgunakan,” tegasnya.

Sekali lagi komika kritikus sosial menyatakan, "Saya pernah fotokopi KTP lima kali buat urus satu hal, padahal judulnya, Satu Data, Satu Identitas."

Lama-lama Saya mikir: ini sistem atau koleksi? Dan lucunya, data Saya aman... selama Saya nggak nyentuh sistemnya.

"Begitu buka situsnya: Maaf, server sedang dalam pemeliharaan. Ya ampun... server-nya kayak gue: butuh healing." kata Sidik Warkop. 

Isu Krusial dan Komitmen Bersama
Berbagai isu krusial mencuat dalam diskusi ini, mulai dari pemalsuan dokumen identitas, keberadaan WNA ilegal, kepemilikan ganda data kependudukan, hingga minimnya edukasi publik mengenai aturan imigrasi dan layanan kependudukan.

Sebagai tindak lanjut, forum ini menyepakati pentingnya membentuk koordinasi lintas sektor—melibatkan pemerintah daerah, aparat kewilayahan, dan media lokal—untuk mengawasi sistem identitas secara independen dan akurat, tanpa mengorbankan prinsip hak asasi manusia dan keterbukaan informasi.

Menanggapi hal tersebut Sidik Warkop mengatakan, "Saya yakin ada orang yang punya dua KK, bukan karena niat jahat, tapi karena kelupaan waktu daftar dulu. Meski pun diklaim e-KTP seluruh Indonesia hanya ada satu NIK untuk satu KK."

Apalagi kalo dia anak kos. Tiap pindah kontrakan, ganti alamat. Lama-lama petugas bingung: “Ini orang warga Bekasi, Bandung, atau Batam? Semua ada datanya.”

"Dan edukasi soal imigrasi itu penting sih... soalnya masih ada yang nganggep “visa” itu kayak nama anak artis." canda Sidik lagi.

Ade Muksin, Ketua PWI Bekasi Raya, Jumat (13/6/2025) by: istimewa

“Ini bukan sekadar diskusi seremonial. Ini adalah panggilan zaman agar pers dan pemerintah berjalan bersama, menjaga identitas warga dan memastikan mobilitas penduduk tidak menjadi ancaman,” pungkas Ade Muksin.

Sidik pun mengomentari, Saya suka banget kalimat “panggilan zaman”. Tapi kenapa tiap Zaman nelpon, kita suka pura-pura sibuk. Kayak ditelepon mantan pas lagi move on: “Lah, ini kenapa muncul lagi?”


Tapi ya emang bener sih, globalisasi udah nyamperin… tinggal kita siapin identitas, jangan sampe pas dicek…
“Maaf, identitas Anda tidak ditemukan.”

Lah, masa zaman sudah modern maju, tapi kita masih nyari KTP yang hilang di laci ruang tamu? [■] 

Reporter: NurM - KotakRedaksi - Editor: DikRizal/JabarOL
Iklan Paralax
iklan banner Kemitraan Waralaba Pers

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama
banner iklan JabarOL square