ABB Datang ke Kantor Kelurahan, Nuntut Transparansi: Dari Sembako Murah Sampai Pagar yang Mahal
ABB (Aliansi Bocah Bekasi) bersama warga Teluk Pucung menggelar aksi demonstrasi di Kantor Kelurahan Teluk Pucung, Bekasi Utara, Senin (23/12/2025). Aksi yang berlangsung tertib ini menyoroti sejumlah kebijakan kelurahan yang dinilai minim transparansi, mulai dari program sembako murah, anggaran pembangunan pagar kelurahan, hingga kejelasan penyewaan aset milik pemerintah kelurahan.
Tepat sekitar pukul 13.30 WIB, warga Kelurahan Teluk Pucung bersama Aliansi Bocah Bekasi menggelar aksi demonstrasi yang isinya bukan sekadar teriak-teriak, tapi penuh daftar pertanyaan yang bikin kepala Lurah butuh kalkulator.
Aksi ini digelar sebagai bentuk kontrol sosial terhadap penyelenggaraan pemerintahan kelurahan, dengan satu alamat utama: Lurah Teluk Pucung, Ismail Marzuki. Bukan penyanyi legendaris, tapi lurah aktif yang hari itu namanya ramai ditulis di spanduk dan diteriakkan lewat toa.
Spanduk Keras, Isi Otak Lebih Keras
Di balik teriakan dan poster bernada satire—yang salah satunya menyentil soal “bocah Bekasi bukan bocah bodoh”—massa membawa tuntutan yang justru cukup teknokratis untuk ukuran demo kelurahan.
1. Tebus Murah Sembako, Tapi Jangan Murah Transparansinya
Warga mempertanyakan program tebus murah sembako yang selama ini beredar di masyarakat. Bukan menolak bantuan, tapi menolak ketidakjelasan.
Massa meminta:
- Sumber anggaran yang jelas
- Jumlah paket bantuan yang dibagikan
- Kriteria penerima manfaat
- Hingga laporan realisasi distribusi
Singkatnya, warga cuma mau tahu: ini program sosial atau sulap anggaran?
2. Pagar Kelurahan: Kok Berdiri, Tapi Anggarannya Jalan Sendiri
Poin kedua yang bikin pagar kelurahan jadi pusat perhatian adalah soal pembangunannya.
Massa menuntut keterbukaan mulai dari:
- Tahap perencanaan
- Nilai anggaran
- Pelaksana proyek
- Sampai hasil fisik di lapangan
3. Lahan Kelurahan Disewakan, Uangnya Ke Mana?
Isu ketiga yang disorot adalah penyewaan lahan milik kelurahan. Warga meminta kejelasan:
- Status hukum asset
- Siapa penyewanya
- Berapa nilai sewanya
- Dan yang paling penting: masuk ke mana uangnya?
Massa menegaskan, jika itu aset publik, maka hasilnya juga harus kembali ke publik—bukan cuma jadi cerita dari mulut ke mulut.
Demo Tertib, Aparat Lengkap
Aksi berlangsung damai, tertib, dan penuh pengawasan, dengan kehadiran aparat gabungan dari kepolisian, Satpol PP, hingga unsur TNI.
Tak ada kericuhan, hanya adu argumen dan adu logika—meski sesekali nada suara naik seperti volume toa yang baterainya baru diganti.
Camat Turun Tangan, Janji Audensi
Menariknya, aspirasi warga tidak dibiarkan menggema sendirian. Camat Bekasi Utara, Ikhwanudin Rahmat, turun langsung menerima tuntutan massa.
Ia menyatakan akan memfasilitasi pertemuan (audensi) antara warga dan Lurah Teluk Pucung, Ismail Marzuki, untuk membahas seluruh persoalan yang dipersoalkan.
Janji audensi ini disambut dengan catatan khas warga:
“Kami datang bawa data, jangan pulang cuma bawa janji.”
Catatan Akhir
Aksi ini menjadi pengingat bahwa warga Teluk Pucung—termasuk yang menamakan diri Aliansi Bocah Bekasi—bukan sekadar objek kebijakan. Mereka membaca, mencatat, dan berani bertanya.
Karena di Bekasi, kontrol sosial bukan cuma hak orang dewasa, tapi juga bocah yang sudah melek transparansi. [■]




Posting Komentar