iklan banner AlQuran 30 Juz
iklan banner gratis
iklan header iklan header banner
Pasang Iklan Running Text Anda di sini atau bisa juga sebagai iklan headliner di atas (600x100)px

Relawan Atau Sales Kesehatan? Frits Bongkar Ada Tarif di Balik Senyuman

Frits Saikat Bongkar Praktik ‘Relawan Berbayar’ di Kota Bekasi: Saat Tolong-Menolong Jadi Tolong Transfer Dulu


Aktivis kemanusiaan Frits Saikat mendadak naik pitam setelah menemukan ada oknum relawan yang lebih cekatan memungut uang ketimbang memberi bantuan. Alih-alih beri solusi, sejumlah “pegiat sosial” justru menawarkan layanan serba cepat—asal dompet warga juga cepat dibuka. Frits menegaskan, praktik ini bukan kemanusiaan, tapi “percaloan berseragam kepedulian”.

 — KOTA BEKASI | Aktivis kemanusiaan Frits Saikat kembali muncul sebagai suara waras di tengah kondisi sosial Bekasi yang makin tak jelas bedanya antara pelayanan publik dan loket antrean bank swasta.

Ia mengapresiasi meningkatnya semangat tolong-menolong di kota ini—sebuah pemandangan langka yang biasanya hanya muncul menjelang pemilu—namun langsung mengerem ketika menemukan ada “relawan” yang kerjanya lebih kepada makelar administrasi.


Frits mengaku tidak kaget-kaget amat dengan isu yang beredar, karena Bekasi belakangan memang sedang hobi memecahkan rekor baru dalam kategori kreativitas pungli.

Ia bahkan beberapa kali menyaksikan langsung oknum yang nekat memungut biaya untuk pengurusan dokumen kependudukan, BPJS PBI, Jasa Raharja, sampai administrasi rumah sakit.

Semua itu dilakukan kepada warga yang jelas-jelas butuh bantuan, bukan butuh tagihan baru.


"Ini warga tidak mampu yang butuh pertolongan. Kok tega dikenakan tarif dengan berbagai alasan dan tekanan?," tegas Frits. Senin (1/12/2025).

Menurutnya, praktik tersebut sudah tidak bisa lagi disebut kerja kemanusiaan. Kalau mau jujur, lebih cocok disebut “startup percaloan berbasis keresahan warga”.

Ia menyebut bahwa beberapa masyarakat bahkan dipaksa membayar agar cepat mendapat ruang rawat inap atau pembuatan dokumen.

Model pelayanan ekspres, tapi bayar dulu—mirip ojek online, tapi tanpa aplikasi dan tanpa standar etika.

"Kalau benar relawan, ya seharusnya sukarela. Tidak ada tarif, apalagi sampai menakut-nakuti masyarakat. Itu bukan bantuan, itu tipuan komersil," ujarnya.


Frits pun meminta masyarakat agar tidak kalah berani dari oknum tersebut. Ia mendorong warga segera melapor ke pihak rumah sakit atau aparat penegak hukum jika menemukan praktik serupa.

Soalnya, jika terus dibiarkan, fasilitas kesehatan bisa-bisa berubah fungsi menjadi “mall administrasi” dengan lantai khusus calo.

"Yang dirugikan bukan hanya masyarakat, tetapi juga kredibilitas rumah sakit. Bila dibiarkan, akan menjadi penilaian buruk bagi institusi itu sendiri. Mereka itu murni calo, bukan relawan atau aktivis." tutup Frits Saikat. [■] 

Reporter: NMR Redaksi - Editor: DikRizal/JabarOL
Iklan Paralax
iklan banner Kemitraan Waralaba Pers

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama
banner iklan JabarOL square