Darurat HIV/AIDS: Laporan Khusus Tim Investigasi Terkait Kinerja Dinkes Pemkot Bekasi Yang Menakutkan
jabar-online.com | Ahad, 12 Okt 2025 - 06:56 WIB | Laporan Khusus SRizLogical Fallacy Dinkes Kota Bekasi: Data Jumlah Kasus HIV/AIDS Tertinggi Berarti Keterbukaan Informasi Pemkot Bagus. Dinkes bangga dengan transparansi data; MUI khawatir moral kota makin pudar. Fenomena LGBTQ, narkoba, dan HIV jadi cermin keterbukaan—atau kelalaian?

Data dari Dinas Kesehatan menyebut angka kumulatif penderita HIV/AIDS sudah menembus 6.000 orang, dengan lonjakan tajam dari 544 menjadi 5.632 kasus hanya dalam satu tahun terakhir.
Ledakan Kasus Tanpa Alarm
Ironisnya, lonjakan itu datang seiring dua tren gelap yang berjalan sejajar: meningkatnya populasi LGBTQ dan maraknya kasus narkoba.
Dua fenomena ini, menurut banyak pihak, jadi “kembar bencana” yang memperburuk peta kesehatan dan moral Kota Patriot.
Sidik Warkop nyeletuk: “Bekasi ini kayak sinetron jam prime time — ada cinta terlarang, ada barang haram, dan semua dibungkus drama keluarga besar. Cuma bedanya, rating-nya dicatat Dinkes, bukan Nielsen.”
LGBTQ dan Ledakan Gaya Hidup Malam
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bekasi mengaku mencium gelagat serius.
Ketua MUI, KH. Syaifuddin Siroj, menyebut adanya lonjakan ribuan persen kasus LGBTQ dalam setahun terakhir.
Ia bahkan menyinggung dua titik panas aktivitas komunitas ini: kawasan Lagoon dan Center Point — dua ikon urban Bekasi yang kini diduga jadi arena hiburan malam sekaligus penyalahgunaan obat-obatan.
“Kalau data ini tervalidasi, peningkatannya sangat luar biasa, bisa seribu persen. Artinya, kota ini sudah masuk zona merah,” ujar Syaifuddin beberapa waktu lalu kepada JabarOL (19/9/2025).
MUI kini menurunkan Komisi Litbang untuk menyisir data lintas lembaga — dari rumah sakit, yayasan, hingga Dinas Kesehatan — guna memastikan temuan tersebut.
Bekasi Jalur Masuk Narkoba
Sementara itu, Bekasi dinobatkan polisi sebagai daerah penyebaran narkoba terbanyak di wilayah hukum Polda Metro Jaya.
Direktur Reserse Narkoba, Kombes Ahmad David, menegaskan bahwa Bekasi kini menjadi jalur utama peredaran narkoba dari Sumatra ke Jakarta.
“Narkoba dari luar negeri banyak diselundupkan lewat Sumatra, masuk lewat Medan, Riau, Aceh, lalu jalur daratnya lewat Bekasi,” ujarnya dalam konferensi pers, 26 Juni 2025.
Kota Bekasi kini bukan hanya kota penyangga, tapi juga simpul logistik bagi peredaran narkoba lintas provinsi. Ironi lain bagi kota yang dulu dikenal dengan slogan Cerdas, Kreatif, Ihsan dan kini diubah jadi Kota Bekasi KEREN yang nyatanya gak keren-keren amat — justru semakin hari makin rentan kehilangan IHSAN.
Sidik Warkop nyeletuk: “Dulu orang lewat Bekasi buat ke Jakarta, sekarang sabu lewat Bekasi buat ke diskotek. Jalur logistiknya rapi, tinggal moralnya yang macet.”
Dua Virus, Satu Pola
Kombinasi antara penyalahgunaan narkoba dan hubungan seksual berisiko tinggi menciptakan ledakan infeksi HIV/AIDS.
Data 2023 mencatat 753 kasus baru, memang menurun dari 922 kasus pada 2022, tapi tetap tinggi jika dilihat dari tren dua dekade terakhir.
Lebih mencemaskan lagi, peningkatan kini justru terjadi pada remaja usia produktif.
Kecamatan Pondok Melati menjadi satu-satunya wilayah dengan laporan nihil kasus, sementara kecamatan lain menunjukkan angka yang kian naik.
Faktor utama: seks bebas tanpa proteksi dan penggunaan jarum suntik bergantian.
Sidik Warkop nyeletuk: “Sekarang jarum suntik bukan cuma buat vaksin, tapi buat kenakalan. Dari jarum ke pelangi, dari pelangi ke rumah sakit — muternya cepet, kayak ojek online gak pakai helm.”
MUI Bergerak, Pemerintah Masih Rapat
MUI Kota Bekasi berencana menggandeng Dinas Kesehatan dan Kementerian Agama untuk mewajibkan tes HIV bagi calon pengantin.
Langkah ini dianggap perlu sebagai langkah pencegahan dini dan pengendalian epidemi di masyarakat.
Namun, hingga kini Pemerintah Kota Bekasi belum tampak agresif dalam merespons lonjakan data tersebut.
Saat MUI bergegas melakukan riset, Pemkot masih sibuk berkoordinasi lintas meja — bahasa halus dari “belum ada keputusan anggaran.”
Sidik Warkop menimpali: “Kalau nunggu Pemkot gerak, bisa-bisa HIV-nya udah bikin cabang. Di Bekasi ini, rapatnya cepat kalau soal proyek, tapi lambat kalau soal penyakit.”
Lebih tajam Sidik Warkop menambahkan, “Apa jangan-jangan karena dinkesnya dipegang oleh dokter hewan? Jadi warga kota Bekasi dianggap hewan yang gak perlu dikuatirkan masuk dalam penyebaran HIV/AIDS? Kali aja karena anggapan, kan gak ada hewan yang terkena kasus LGBT atau ketangkap menggunakan narkoba!?”
Dinkes Angkat Bicara — “Data Tinggi Itu Justru Pertanda Baik”
Namun dari balik semua kecemasan itu, seorang sumber internal di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bekasi yang enggan disebut namanya menyampaikan sudut pandang berbeda.
Menurutnya, tingginya angka populasi LGBTQ dan kasus HIV/AIDS yang terekam di sistem informasi Dinkes justru menunjukkan bahwa sistem pencatatan dan pelaporan kesehatan di Bekasi sudah jauh lebih terbuka dan transparan dibanding daerah lain di Jawa Barat.
“Harusnya hal itu diapresiasi dan ditindaklanjuti dengan kebijakan apa yang harus dilakukan oleh Pemkot, bukan?” kata X kepada JabarOL, Kamis (2/10/2025), saat kunjungan media ke kantor Dinkes Kota Bekasi.
Ia menegaskan, lonjakan data bukan selalu berarti kenaikan kasus baru, melainkan hasil dari meningkatnya pelaporan sukarela dan deteksi dini di fasilitas kesehatan.
“Data yang naik itu justru artinya masyarakat berani memeriksakan diri, bukan bersembunyi,” ujarnya.
Sidik Warkop menutup dengan satire: “Berarti Kota Bekasi ini bukan cuma zona merah, tapi juga zona jujur. Cuma sayang, kejujuran datanya gak diimbangi kejujuran pejabatnya. Kalau semua transparan, mungkin HIV-nya gak sampai segini.”
Analisis Akhir
Kota Bekasi kini menjadi cermin kompleksitas kota urban yang tumbuh cepat tapi kehilangan kendali sosial.
Lonjakan HIV/AIDS adalah puncak gunung es dari dua fenomena: pergeseran perilaku seksual dan gelombang penyalahgunaan narkoba.
Di satu sisi, keterbukaan data kesehatan patut diapresiasi; di sisi lain, kebijakan publik dan pengawasan sosial masih jalan di tempat.
Baca juga: Deddy Hidayat: Pembekalan Densus88 POLRI tekankan apa saja yang harus dilakukan oleh FKDM
Jika tidak segera diintervensi, Bekasi akan berubah dari kota penyangga Jakarta menjadi kota penyangga masalah nasional.
Sidik Warkop mengakhiri obrolan di warkop belakang masih di dekat kantor kecamatan yang tak mau nama camatnya disebutkan. (Lah ya iya lah, apa hubungannya coba?)
“Kalau dulu orang bangga bilang ‘Saya anak Bekasi!’, sekarang pasti akan ditanyakan kepada setiap warga Bekasi: 'Sudah tes HIV belum, Bang?' Naudzubillahi min dzaalika.” pungkas Sidik Warkop.
Sampai berita ini diturunkan, Redaksi mencoba menghubungi Komisi IV DPRD Kota Bekasi. Komisi IV DPRD Kota Bekasi adalah yang membahas kesehatan dan isu HIV/AIDS. Termasuk juga menghubungi pihak berwenang Dinkes Kota Bekasi dan KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) Kota Bekasi. [■]


إرسال تعليق